Diary
Terakhir Untuk Dia... Pagi
namaku Rin aku baru masuk kelas satu SMA, menulis diary adalah hal yang bisa
membangkitkan moodku, aku tak tahu apakah semua orang berpikiran circle yang
menganggap dunianya saja yang penting tanpa mau melihat sisi lain orang-orang
disekitarnya, entahlah aku hanya berpikir mereka yang
sulit memahamiku atau aku yang tidak pahami mereka. Duniaku sedikit ambigu
ketika mereka tidak suka kepadaku dan mulai mem”bully”ku entah dari sisi
sebelah mana yang mereka tidak sukai , memang aku aneh yah mungkin hal ini
sudah lama aku sadari, sejak SD aku sudah sering dengar bully”an mereka, aku
tidak suka, mereka smua berisik. Mungkin karna aku bukanlah dari keluarga kaya,
ayahku hanyalah seorang buruh pabrik, ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, bahkan
ketika terlahir pun sudah dengar bully”an mereka. Hidupku tidaklah mudah, aku
ingat ketika dulu orangtuaku mau membelikan baju lebaran saja, harus kredit,
sedih kalau ingat itu.
Hmmmmm…. benar-benar hidup yang tidak mudah, dulu saat mau kesekolah harus nunggu jemputan truk, jemputan yang biasanya digunakan untuk karyawan-karyawan pabrik, digunakan untuk menjemput kami anak-anak karyawan. Kalau ga ada jemputan ya jalan kaki, hmmm jangan ditanya berapa Kilometer yah, mungkin cukup buat keliling kota Solo, Sebenarnya hal yang paling menyenangkan waktu SD adalah kita tidak perlu memikirkan apa-apa, hanya bermain dan bersekolah, seru sekali bisa berenang, cari jamur sawit, manjat-manjat pohon,kayanya ga ada pohon yang belum aku panjat deh, nungguin durian jatoh di kebun pak jul, hahahhaa….semakin dewasa aku semakin kehilangan momen itu, dan ga akan terulang lagi, mungkin akan aku ceritakan pada anak cucuku kelak.
Tiba-tiba
bell masuk pun berbunyi, dan aku mulai tersentak dari lamunanku, eh…aku siap
untuk menerima pelajaran hari ini. “hallo anak-anak selamat pagi,” kata pak
Bagyo wali kelas kami, ini hari pertama kalian kan?” semuanya menjawab dengan
semangat “iya pak” .“nah karna ini hari pertama kalian jadi sekarang kita
kenalan satu-satu ya”, pandanganku tiba-tiba tertuju pada seseorang yang baru
memperkenalkan dirinya, namanya alex, penampilannya rapi, rambutnya klimis
dengan gaya potongan arah kanan, sungguh mempesonakanku, tapi tetap saja aku
takut karna aku hanyalah anak yang aneh.hey, kata temen sebangkuku, serius amat
sih ngeliatin si alex ya? Pipiku langsung merah kaya tomat, aku takut ketahuan
kalau aku sejak tadi memperhatikan dia. Aku satu sekolah loh dengan dia waktu
dia SD,kata teman sebangkuku Naira, dan jam pelajaran itu isinya hanya tentang
Alex, isi celoteh-celotoh khas anak SMA, Alex hobinyya apa, suka sama cewek
yang gimana, hahaha….that’s so funnnyyyy….
Belum
moveon-moveon juga dari Alex yang cuma bisa memperhatikan dia diam-diam, Rin
kata Naira, mau ke kantin ga?Ga deh kayanya aku di kelas aja ya naira, lagipula
aku dibungkusin bekel dari rumah. “ya udah aku ke kantin ya” kata Naira sambil
lari. Ternyata Alex stay di kelas juga, suasana kelasnya jadi krik krik….krik
krik…Dia pendiam banget ga ada yang bisa dia omongin, semakin buat aku kagum, ga
tau ada magnet apakah dia, sehingga buat aku tertarik dengan dia. Dan hari-hari
kamipun berlalu seperti itu lagi, lagi dan diulang-ulang.
Hari itu hari
pelajaran seni, kami disuruh buat puisi bebas tentang apa saja, aku langsung
sibuk mikiran apa yang akan aku tulis, secara guru seninya galak bok, waktu itu
aku pernah dikeluarin dari kelas karna mengobrol dengan Naira, “hey kalian
berdua mau kalian yang keluar dari kelas, atau saya yang keluar.” Huh kebiasaan
burukku dengan Naira kalau sudah ngobrolin soal Alex, “tapi tunggu dulu pak,
tunggu absen satu maju kedepan dulu kataku tanpa malu. “tapi bapaknya tambah
marah, dan jadilah aku dengerin puisi alex yang judulnya “Bunga”. Aku dengar
lirih puisi yang Alex bacain, gini puisinya, Aku menemuimu menjelma embun,
menjelma sungai, menjelma udara, tapi ajarkanku kenapa kau bisa buatku bahagia,
itu aja sih yang bisa aku denger di luar kelas saudara-saudara.Alex sangat hoby
menyendiri dan sedikit pemalu, aku dengerin dan dengerin tapi tetap ga ngerti
maksud dia, mungkin dia sedang menyukai seseorang batinku.
Hari
dimana pemilihan ketua dan wakil ketua kelas pun tiba, aku menjadi kandidat
kuat pada waktu itu, wah kaya pemilihan presiden aja yah kalimatnya, wkwkwk.suasana
kelas yang enggak kondusif dan pada ribut sendiri-sendiri, misalkan pada waktu itu pilihannya bukan aku,
pasti enggak seberkesan ini dong dihati. “Aku pilih Rin” kata Alex, sambil
melihatku dengan tatapan tajam kearahku.Dengan blak-blakan aku menayai dia,
kenapa memilihku dan sejak kapan kamu tahu namaku? Semua mulai hening danmalah
dia balas ketus, kalau kamu ga mau yaudah aku pilih yang satunya,
uuuuhhh….nyebelin banget kan, nyebelin sih tapi cukup buat jantung aku deg”an.
Cieee Rin cieee….celoteh teman-temanku dan semakin buat perasaan tak menentu di
hati, ah apa iya sih? Tanyaku dalam hati.Aku
semakin memperhatikan dia saja, namun bagaimana caranya bisa dekat dengan Alex,
Alex kan punya teman akrab, si Mike, yang sering banget ikut kejuaraan basket
antar sekolah, kebayangkanlah Mike orangnya gimana, Dia tinggi, cerewet dan
supel, dia cukup terkenal dikalangan cewek-cewek karna Mike emang suka TP TP,
eh Tebar pesona gitu deh. Aku pepetin aja dia dah.Mike!!!teriakku
saat tetiba dia lewat di depan kelas, sambil SKSD (maaf yah istilahnya zaman
90’an semua), kenalin aku Rin, kataku sambil senyam senyum gitu, Mike bilang ke
aku, “aku udah tahu kok kamu Rin,” hah ini bukan moduskan? Kataku.Dia hanya
nyengir2 terus lewat aja gitu.Yang membuat ribuan pertanyaan di benakku, dia
tahu aku darimana padahal ini sekolah muridnya ratusan siswa dan ospekpun ga
satu gugus sama Mike, apakah Alex yang cerita, apakah Dia.
Hari
ini, hari libur aku dan keluargaku, biasa berjualan baso depan rumah, usaha
kecil-kecilan yang ibuku lakukan untuk membantu perekonomian keluarga, “Mamah,
hari ini tumben masaknya banyakan?”kataku, “hari ini ada acara loh Rin,tetangga
depan rumah pesta nikahan mamah sengaja masak banyak,”kata mamah. “oh gitu ya
mah, sambil mulai ngerapihin meja-mejanya, huuuuhhhh…..aku dan mbakku mulai
kewalahan, bener kata mamah yang beli rame banget, nyuci piring ga ada
habisnya, tiba-tiba ada mobil yang mencolok banget parkir depan rumah, lah itu
mobil ngabisin parkiran aja, batinku, sambil melanjutkan pekerjaanku lagi.
“rajin bener”tiba-tiba terdengar suara dari sebelah mana itu, suara dengan
intonasi berat dan seperti mengenalnya, aku segera membalikkan badan, dan hah…itu
Alex, mataku langsung terbelalak dan pikiranku ga karuan, “biasa aja sih,” sapa
Alex membuat hatiku tenang, “Alex kenal dia yah, tiba-tiba orangtua itu
menanyaiku, iya pah, kata Alex ini teman sekelasku, mau menyalami, tapi
tanganku penuh dengan tumpukkan piring kotor, “iya om saya sekelas dengan Alex”
kataku, “maaf om tangannya lagi kotor,” sambil nyengir. Ga tau apa yang mereka
omongin, tampaknya perbincangan ringan antara ayah dan anak laki-lakinya.
Mungkin saking geroginya, mau naruh ke atas meja aja, kuah baksonya numpahin
tangan Alex, “aduh”kata Alex kaget plus kepanasan kena tumpahan kuah bakso,
mamahku langsung sigap ngambilin tissue dan lap, “hati-hati nak,”kata mamahku,
ga papa kan?maafin Rin ya kata mamahku, “iya gapapa tante, udah biasa,” kata
Alex gitu, padahal sampe kena celana panjangnya itu kuah, “dia masih belajar”kata
mamah, “iya belum bisa jago kaya mamahnya,” kata Alex sambil senyum. Selesai
juga jualan hari ini, sebelum tidur aku mikirin dia lagi, kok dia beda banget
ya di sekolah sama diluar, apa dia iseng ya datang ke rumah, ga tau lah, lampu
kamar dimatiin terus tidur.
Eh,
hari ini ada pesta ultah temen sekelasku, mungkin Alex akan datang, Alex datang
ga ya, tapi kayanya datang deh, nanya gitu mulu kata Naira sampai bosan
dengerin pertanyaanku, Sambil boncengin
aku di motornya, ga terasa udah nyampe di pesta ultah temen, pake gaya anak
SMA, rambut tergerai panjang, aku rasa penampilan cukup rapi waktu itu, hanya
ada sekumpulan jerawat dijidat, yang aku tutup-tutupin pake poni, hey Rin
makasih yah udah datang, kata sinta yang sedang ulang tahun, selamat ultah yah
sin, panjang umur jawabku. Mana temen-temen yang lain belum datang kataku
sambil noleh kanan-kiri, mungkin sebentar lagi Rin jawab temen-temen yang
lain,nyariin Alex nih, ledek temen-temen yang lain, tetiba ada yang datang, ah
benar itu Alex tapi, kok bareng cewek ya? Alex punya cewek nih,kata yang lain, ah
mana mungkin batinku, tapi bener loh dia datang bareng cewek yang bikin aku
bete seharian, sampai ngajak Naira balik mulu. Siapa sih itu cewek aku
penasaran, tapi males buat ngeliat, sumpah cembuuru banget. Uuuhh sebellll…
Di
perjalanan Naira ngajak ngobrol, tapi berasa angin lalu gitu aja, pikiranku
sudah sama Alex aja, bengong aja terus sepanjang perjalanan pulang, tahu gini
mending aku ga datang deh. Sedih semalaman sampai tertidur, orang rumah yang
liat muka aku di lipet ga ada yang berani nanyain.Sudah sedalam inikah rasaku?
Besoknya
waktu jam istirahat, aku hanya melamun di pinggir lapangan basket, ngeliat
anak-anak cowok sedang berpeluh-peluh masukin bola basket ke ring, ada yang
kelihatan mencolok banget, iya si Mike, daritadi dia mulu yang shoot. “kenapa
Rin?” kata Mike sambil tiba-tiba duduk disebelahku dengan gaya yang kepo abis.
“Kok murung?”engga papa kok, aku cuma mau ikutan main basket aja, kataku dengan
candaan, ayo kalau mau coba, aku ajarin main basket, dijamin loh kata Mike. Aku
langsung lari ke lapangan tanpa dengerin candaan Mike, merebut bola dari tangan
cowok-cowok itu. “Aduh siapa sih nih, rusuh banget”kata mereka. Bolanya cuma
dimainin aja ga tau arahnya kemana, sampai mereka hilang satu-satu.
Hahahhaa….Rin bukan begitu cara mainnya sambil dia praktekin gimana carana
derible bola, sampai shoot three point. Aku mulai memperhatikan dia dengan
serius. Ternyata ada yang perhatiin dari tadi diujung lapangan, kayak ga boleh
atau keberatan ngeliat aku dekat sama cowok, lama banget sampai dia hampirin si
Mike terus bilang, Mike kok mainnya sama cewek sih, ayo main game online aja
kita Mike, kata Alex sambil merangkul dan ninggalin aku sendirian di lapangan.
Apa coba maksudnya? Semakin idem dan ga paham. Ribuan pertanyaan di benakku
yang ingin aku tanyain dengan dia.
Dan bell masuk pun berbunyi, aku mulai melanjutkan
pelajaran hari ini yang panjangnya kaya tol jagorawi, ga habis-habis, hari ini
bapak bagiin hasil tugas kemarin ya anak-anak, kata pak guru matemika yang tiap
hari kerjaannya ngetest pake rumus-rumus phitagoras, wajar ya kalau kepala
bapaknya rontok batinku, ya ampuuunnn skip. Satu-satu di panggil ke depan
sambil nerima kertas pontenan, suasana kelas jadi gaduh, ada yang sampai
guling-gulingan, wkkwkw lebay. Rin, tiba-tiba namaku disebutin, aku buka eh
tumben nilainya perfect, aku joget-joget tanpa sadar, eh Rin, kata Naira, tadi
Alex ngeliatin kamu mulu pas kamu joget-joget kaya ikan mujair, lah aku kan ga
ganggu dia, kataku. Bukan itu, kata Naira.Sambil mulai melanjutkan pelajaran,
dan akhirnya selesai juga pelajaran hari ini, pas keluar kelas yang bahas
masalah Alex perhatiin tingkahku jadi semakin banyak, eh tadi dia lihatin kamu
loh Rin, kata anak yang lainnya. Tapi aku masih sebel sama dia, kenapa dia jadi
playboy dan ga peka sih sama perasaanku.
Bagaimanakah kelanjutan Rin ? apakah dia bisa mewujudkan impian dan cita-citanya ? ataukah hanya sebagai pengagum rahasia ?
Simak terus yaa kisah Diary Terakhir Rin dalam goresan pena kak EsbyTe